LPM SUPREMA – Aksi demonstrasi yang dilaksanakan pada hari Rabu (01/05/2024) di depan Gedung DPRD Jawa Tengah (Jateng) dalam rangka memperingati hari buruh dan hari pendidikan berakhir ricuh. Aksi yang bertepatan dengan hari buruh internasional tersebut diikuti oleh beberapa elemen, yakni beberapa aliansi buruh dan juga mahasiswa Semarang raya.
Aksi demo ini dimulai pada pukul 14.00 WIB yang berjalan dengan tertib sampai sore hari, namun pada sekitar pukul 15.40 WIB sempat terjadi kericuhan. Kericuhan terjadi karena massa aksi yang sudah berorasi sekian lama tidak kunjung dipertemukan dengan Pj.Gubernur Jateng/perwakilannya. Beberapa mahasiswa mulai memaksa masuk pagar dengan cara memanjat dan mendorong pagar tersebut, namun cara tersebut dibalas dengan penembakan menggunakan water canon ke arah massa, dan juga pengejaran terhadap massa aksi yang diwarnai dengan tindakan represif oleh oknum aparat.
Tidak lama setelah itu keadaan kembali kondusif, para peserta aksi kembali berkumpul di tempat semula dan membacakan tuntutan. Terdapat 19 poin tuntutan, yang diantaranya adalah:
- Cabut PERPPU Cipta Kerja serta turunannya;
- Cabut peraturan buruh kontra Outsourcing;
- Berikan perlindungan kepada buruh perempuan;
- Sahkan RUU PRT;
- Wujudkan kesejahteraan guru dan dosen honorer;
- Stop komersialisasi pendidikan;
- Menaikkan UMR Jawa Tengah.
Pada salah satu tuntutannya, para buruh meminta agar pemerintah dapat menaikkan UMR Jawa Tengah dan juga perusahaan-perusahaan dapat berlaku dengan adil terhadap para pekerjanya.
“Kota Semarang adalah Ibukota Provinsi dengan UMR terendah se Indonesia. Tentunya yang perlu kita perjuangkan tidak hanya satu itu saja, dan yang kedua adalah peraturan-peraturan yang berkaitan dengan isu-isu kontra, misalnya isu-isu status buruh dan perlindungan hukum dari buruh itu sendiri. Tidak jarang dari kami mendapatkan perilaku semena-mena dari perusahaan tempat kita bekerja, contohnya adalah PHK sepihak tanpa mendapatkan pesangon.” Ucap Mukhlis, Ketua SBI PT FARIS SEATING.
Setelah massa aksi selesai membacakan tuntutan, mereka pun mulai membubarkan diri.
Redaksi: Aphrodita Andira S.Y
Litbang: Rahma Syasabil, Tia Rahmawati, Nabila