Semarang, lpmsuprema.com – Selang satu minggu menggeruduk kantor DPRD Jawa Tengah, Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) kembali melakukan aksi demonstrasi. Aksi yang bertujuan untuk memperingati Sumpah Pemuda serta memberikan kritik dan evaluasi terhadap pemerintah ini diawali dengan berjalan mundur dari Peleburan menuju depan gedung DPRD Jawa Tengah. Sekitar 150 masa aksi bergerak sejak pukul 14.00 WIB pada Kamis, (28/10/2021) sore tadi.
Tema yang diusung dalam aksi ini adalah “Pemuda Bersumpah, Melawan Oligarki”, tak jauh beda dengan aksi 21 Oktober 2021 lalu, rakyat kembali mengkritik dan mengevaluasi pemerintah yang telah gagal dalam menjalankan amanat rakyat. Tindakan pemerintah semakin merampas ruang hidup rakyat, merusak lingkungan, menyengsarakan rakyat dengan upah yaang rendah dan semakin memupuk oligarki dengan cara mengeluarkan kebijakan yang tidak pro terhadap rakyat membuat rakyat geram akan hal tersebut.

Masa aksi yang terdiri dari mahasiswa, masyarakat sipil, buruh dan berbagai elemen lainnya terlihat mengenakan pakaiaan berwarna hitam tanpa almameter kecuali buruh yang mengenakan seragamnya masing-masing. Secara bergantian masa aksi melakukan orasi, penampilan musik dan puisi. Setelah itu, salah satu peserta aksi membacakan Sumpah Pemuda Melawan Oligarki yang berbunyi:
- Kami putra dan utri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air tanpa Oligarki
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu yaitu bangsa yang bebas dari belenggu Oligarki
- Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa tanpa kebohongan Oligarki.
Kemudian aksi dilanjutkan dengan penampilan treatikal berupa aksi ruwatan oleh salah satu masa aksi yang memiliki makna mengusir kekuatan para oligarki yang semakin menggerogoti negara. Setelah selesai, beberapa perwakilan dari masa aksi dipersilahkan untuk menaruh hasil riset dan kajian di depan pintu masuk gedung DPRD Jawa Tengah.

“Harapan kami, semua permasalahan yang ada di Jawa Tengah, permasalahan buruh, petani, nelayan, pendidikan, ekonomi, kesehatan serta permasalahan lainnya dapat terselesaikan dan pemerintah menjamin kesejahteraan masyarakat” tutur Aziz sebagai salah satu koordinator aksi dalam penyerahan hasil riset dan kajian mengenai permasalahan diberbagai klaster yang ada di Indonesia.
Peringatan Sumpah Pemuda kali ini menjadi momentum gerakan masyarakat sipil untuk kembali bangkit dan melawan. 2 periode kepemimpinan Jokowi-Amin ternyata dinilai tidak sejalan dengan masyarakat. Oleh karena itu, gerakan-gerakan seperti ini masih sangat relevan dan dapat dilihat sebagai bentuk keperdulian masyarakat kepada pemerintah, agar pemerintah berjalan sesuai koridornya dari rakyat untuk rakyat bukan sebaliknya, jadi pejabat melanggengkan oligarki.
Penulis: Tuti