Pemain : Vino G Bastian, Mawar De Jongh, Graciella Abigail, Indro Warkop, Tora Sudiro, Indra Jegel, Bryan Domani, Rigen Rakelna, Marsha Timothy, Iedil Dzuhrie, Makayla Rose
Produser : Frederica
Sutradara : Hanung Bramantyo
Penulis : Alim Sudio
Produksi : Falcon Pictures
Durasi : 145 menit
Belakangan ini Miracle in Cell No. 7 menjadi film yang lagi booming-boomingnya dan mendapatkan banyak sorotan lataran mengadaptasi dari film Korea Selatan yang berjudul sama seperti yang telah diadaptasi oleh Indonesia. Film layar lebar satu ini telah membuat banyak penonton menangis hingga terisak-isak nan membuat saya sendiri malu untuk keluar dahulu dari ruangan biskop setelah menonton film tersebut.
Film Miracle in Cell No. 7 ini sudah diadopsi oleh beberapa negara, diantaranya Filiphina, Turkey, dan Indonesia. Miracle in Cell No. 7 versi Indonesia sendiri digarap oleh sutradara kawakan yaitu Hanung Bramantyo, selain Miracle in Call No.7, Hanung juga telah menggarap beberapa film mulai dari film Brownies (2004), Lentera Merah (2006), Surga Yang Tak Dirindukan 2, Ayat-ayat Cinta (2008), Get Married (2007), Soekarno (2013), Perahu Kertas (2017), dan masih banyak film-film Indonesia lainnya yang pernah di sutradarai pria asal Yogjakarta tersebut.
***
Dodo Rozak ialah sesosok ayah yang bernasib malang. Dodo Rozak dulunya menikah dengan seorang perempuan satu penasiban yaitu sama-sama berasal dari panti asuhan. Setelah mereka menikah dan memiliki seorang anak yang mereka beri nama Kartika, anak tersebut merupakan sosok gadis mungil yang sangat cantik, pandai, penyayang, penyabar, serta perhatian . Ayahnya sendiri, Dodo Rozak adalah sosok Ayah yang berkebutuhan khusus, dengan harian bekerja sebagai tukang balon keliling. Setiap harinya Dodo Rozak hanya hidup bersama sang buah hatinya.
Kartika kecil sangat perhatian terhadap Ayahnya. Di suatu hari pada pagi yang cerah, Kartika membawakan suatu bekel untuk ayahnya dan baju ganti yang selalu ia bawakan apabila baju ayahnya basah atau terkena air. Sebelum Kartika berangkat menuju sekolah, Kartika selalu melakukan kegiatan salam kekeluargaan dengan ayahnya. Salam tersebut seperti permainan ‘ciluk ba’, atau seperti permainan squid game, dengan menggunakan hitungan ‘1..2..3..’
Setelah mengantarkan Kartika, Dodo akhirnya berangkat untuk menjadi seorang pedagang balon keliling seperti kegiatan sehari-harinya. Berkeliling dari rumah ke rumah, dari desa ke desa, dari kampung ke kampung. Dodo selalu sabar dan tabah dalam menjalani hidupnya dengan menafkahi anaknya yang ia cintai yaitu kartika. Kartika selalu membawakan baju ganti dan bekal makan siang untuk ayahnya. Dan pada saat itu Dodo lapar dan ingin beristirahat setelah berkeliling seharian, dan akhirnya Dodo beristirahat disamping rumah seorang pejabat kaya.
Pada saat itu Dodo melihat ada anak yang sedang marah keluar dari mobil putih dengan membanting pintu mobil dan dengan raut wajah yang kesal dan marah. Sehingga Dodo memiliki niatan baik, yaitu memberi anak itu sebuah balon lucu agar tidak merajuk lagi. Tetapi hal itu malah membawa malapetaka untuk dirinya sendiri. Malapetaka itu datang dengan motif tuduhan. Dodo dituduh menjadi seorang pembunuh, sehingga Dodo harus dipenjara dan dijebloskan ke sel nomor 7.
Di dalam sel nomor 7, Dodo mendapatkan teman baik. Diantaranya ada Japra (Indro Warkop) yang sifatnya sebagai tetuah di sell nomer 7 tersebut, Atno (Indra Jegel) seorang remaja yang memiliki sifat konyol, Zaki (Tora Sudiro) yang memiliki sifat penenang dan pembela serta memiliki pikiran yang kritis, Yunus (Rigen Rakelna) dan Asrul (Bryan Domani) mereka juga 2 remaja yang memiliki pemikiran yang kritis dan layaknya seorang remaja, serta Asrul adalah remaja kepercayaan sel dikarenakan ia seorang remaja yang pandai dalam hal teknologi dan ahli dalam bidang soft dan hard internet atau komputer dan sejenisnya.
Suatu hari, terjadi kerusuhan di lapas dikarenakan seorang narapidana merasa terusik oleh bisnis yang dikendalikan Japra dari balik jeruji besi. Ia mencoba menghabisi Japra namun upaya ini digagalkan Dodo. Dodo tertusuk barang keras dibagian tubuhnya dan mengakibatkan Dodo mengalami luka tusuk dan harus dilarikan di rumah sakit lapas. Karena merasa berutang budi pada Dodo, disinilah mereka mulai akrab dan dekat sehingga Japra meluluskan permintaan Dodo untuk bertemu dengan anaknya ialah Kartika.
Pada saat acara keagamaan sholawatan bersama di lapas, Kartika datang dengan rombongan keagamaannya. Pada saat di tengah sholawatan, Kartika diselundupkan ke penjara oleh Om Japra dan kawan-kawannya. Lambat laun aksi ini tepergok oleh sipir. Dan akhirnya, Kartika dikembalikan lagi pulang dengan baik-baik.
Aksi ini mereka lakukan tidak hanya sekali saja tetapi beberapa kali dengan alasan untuk membuat Kartika tersenyum bahagia dengan bertemu dengan sesosok ayah yang ia cintai. Hingga pada suatu hari ditemukanlah sesosok Petinggi lapas yang diperankan oleh Denny Sumargo yang membela dan membantu mengusut tuntas kasus dari yang dialami Dodo. Tidak hanya itu, Petinggi ini akhirnya mengangkat Kartika sebagai anak angkatnya. Kartika sangat dicintai oleh keluarga manis dari keluarga petinggi lapas itu.
Seiring berjalannya waktu, singkat cerita, Kartika yang awal mulanya bercita-cita sebagai seorang Dokter saat beranjak masa dewasa ia menjadi seorang pengacara dengan bantuan dari orang tua barunya untuk mengadili hingga tuntas permasalahan yang diidap oleh Ayah kesayangannya yaitu Dodo. Kartika berupaya membersihkan nama baik ayahnya yang mengidap mental illness dan dicap sebagai seorang pembunuh sekaligus pemerkosa anak kecil.
Review
Gitu sih kurang lebih ceritanya. Jujur setelah nonton miracle In Cell No.7 bener bener serasa ada dalam posisi seorang kartika dan merasa sebagai banyak tokoh yang ada disitu. Film ini cocok banget buat kalian yang hobby banget nontonin film yang genrenya sad. Dibuat nangis, ketawa, campur aduk banget waktu nonton film ini karena pemainnya yang benar benar berperan dan action dengan baik dalam pembawaan dan penjiwaan dalam film ini, di samping itu juga tata rias dari look location, look costume, dan lain lainnya bener-bener oke banget.
Ada lagi yang part bikin nangis itu waktu lihat Kartika nangisin ayahya waktu mau dibawa kepolisian dengan keadaan hujan deras. Tidak hanya itu, melihat tawa, senyum, riang dari Kartika waktu kecil bikin kebawa perasaan banget sampai nangis misek-misek banget. Apalagi part ayahnya mau dipindahin lapas dan disitu Kartika melakukan seperti Salam kekeluargaan yang berucapkan “1..2..3..” itu bener bener pecah banget sihhh nangisnya.
Dan yang bikin kebawa perasaan sedih, nangis, sampai gakuat banget itu waktu denger backsound dari film ini yang judul lagunya “Andaikan Kau Datang” yang di cover ulang oleh Andmesh dan di produksi oleh Falcon Music Indonesia. Degan lirik yang bener-bener ringan dan gampang banget dicerna. Lagu ini lagu lawas atau lama yang sekarang diperbarui arangsemennya menjadi lebih deept apalagi dibawainnya sama Andmesh yang pembawaannya dia selalu bikin banyak orang bapernya kebangetan.
Kalo ditanya kekurangannya dari film ini, menurut aku pribadi bener-bener anti miss banget, tapi buat kalian yang nonton ini wajib banget nontonnya harus serius biar gak bingung dan biar bener-bener feel di hati kalian. Karena alur di film ini maju mundur dan kadang kalo nontonnya gak serius bisa bikin kebingungan.
Gitu sih kalo review dari aku sendiri, jangan lupa siapin tissue kalo nonton ini, dan jangan lupa bawa kacamata hitam. Karena film ini bener-bener bakal bikin kalian nangis kejer, sekejer kejernya huhu. (MA*)
* Resensi ini ditulis oleh pelajar dari SMA Negeri 1 Kepanjen, Dandy Krisna Megantara. Isi dalam tulisan tersebut bukan tanggung jawab pihak redaksi LPM Suprema