LPM Suprema — Badan Geologi Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan perkembangan banjir rob patai utara khususnya di Kota Semarang, Demak, Kota Pekalongan, Rembang serta Brebes yang terjadi pekan lalu.
Banjir rob kali ini banyak faktor penyebabnya, Badan Geologi berusaha menjelaskan bagaimana kondisi geologi kelautan dan oseanografi banjir rob yang menerjang kawasan pesisir Kota Semarang dan kabupaten lain di kawasan pantai utara jawa tengah.
“Banjir di Semarang bahkan merendam permukiman di kawasan Kelurahan Bandarharjo, dan Tanjung Emas di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas. Banjir rob di Semarang terpantau menggenangi Kampung Tambaklorok, Tanjung Emas, Semarang, Senin kemarin,” kata Sekretari Badan Geologi serta kepala pelaksana tugas Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPK), Ediar Usman saat Konfrensi pers, Selasa (31/5/2022).
Ediar juga mengatakan, bahkan banjir rob kali ini sampai menggenangi juga rumah-rumah warga meski sudah dibangun dengan pondasi yang cukup tinggi.
“Banjir di pesisir utara Jateng ini dilaporkan terjadi di Semarang, Demak, Kota Pekalongan, Rembang, hingga Brebes,” sambungnya.
Permasalahan yang berkembang di Kota Semarang dan Pantai Utara Jawa saat ini adalah terjadinya banjir Rob, kata Ediar, salah satunya disebabkan oleh penurunan lahan (daya dukung tanah rendah) pada kawasan kota. Kawasan pesisir Semarang dan Pantura Jawa dicirikan dengan relief rendah disusun oleh endapan alluvial pantai, rawa dan marine.
Lebih lanjut, Ediar merujuk dari Jurnal yang ditulis Bemmelen, mengatakan Secara Fisiogarafi kota Semarang dan kota lainnya terletak pada dataran alluvial yang merupakan hasil endapan yang berasal dari daratan ditransport melalui sungai-sungai besar dan hasil proses sedimentasi di wilayah pantai.
Dataran aluvial ini dilatarbelakangi oleh jajaran pegunungan Serayu Utara di bagian selatan, dan sebelah timur dibatasi oleh perbukitan Kendeng dan di utara berhadapan dengan Laut Jawa. Karakteristik garis pantai dan dinamika pantai dicirikan oleh endapan alluvium, lumpur, tumbuhan mangrove, pantai berpasir dan berbatuan. “Yang sekarang tentu saja kita sebut sebagai merie sendimentasi,” tuturnya.
“Kemiringan lereng yang digolongkan pantai. kemiringan landai 0-5%, dan di daerah pegunungan bergelombang 5%-15%, curam 15%-30% dan terjal 30 – > 70 %,” paparnya.
“Pembentukan kawasan pantai ini, yang kita ketahui ya, secara umum ini adalah interaksi kondisi darat. Tentu saja ini adalah sungai kemudian sedimen-sedimen asal darat, kemudian juga lahan-lahan yang belum stabil, kemudian yang ke dua dipengaruhi oleh laut yaitu gelombang pasang kemudian juga kondisi klimatologi cuaca. Terutama hujan dan angin,” paparnya.
Dampak akibat perkembangan kota ke arah pesisir dengan litologi, daya dukung tanah dan lahan rendah tentunya dapat mengakibatkan penurunan lahan. Pembangunan di kawasan pesisir menjadi lahan baru tanpa ada pertimbangan kondisi morfologi, ketinggian lahan asal tersebut dapat mengakibatkan drainase air yang bermuara ke laut dari sungai atau drainase akan kembali ke lahan yang lebih rendah.
Badan metrologi juga menganjurkan untuk mitigasi banjir rob diwilayah Pantura Jawa sebaiknya harus lebih terintegrasi dengan memahami karakter dan dinamika pesisirnya.
“Persamaan persepsi dan koordinasi antara instansi terkait dan seluruh elemen masyarakat untuk mencari solusi secara maksimal. Pola pikir dan pola hidup masyarakat setempat harus menerapkan pola hidup bersih di lingkungannya masing-masing dan dapat beradaptasi dengan lingkungan.”
“Perlunya penyelesaian tata ruang kota di kawasan pantai yang tertata baik untuk wilayah pemukiman, industri, pelabuhan, wisata, nelayan dan perikanan,” harapnya.
Naiknya muka air laut diakibatkan perubahan iklim yang juga merupakan penyebab terjadinya banjir rob Pertengahan bulan Mei ini hingga Juni juga diakibatkan dari pasang air laut yang tinggi dikarenakan posisi jarak bumi dan bulan yang berdekatan.
“Puncak pasang tertinggi itu juga dibarengi tinggi gelombang laut yang kondisinya masuk kategori sedang. Sehingga limpasan air ke darat lebih banyak, puncak pasang tertinggi diprediksi hingga Juni mendatang,” tandasnya.
Baca juga:
UNISSULA Bersiap Kembali Menggelar Perkuliahan Tatap Muka.